Toni
merupakan seorang pemuda berumur 25 tahun. Ia memiliki hobi melakukan
perjalanan sendiri atau solo touring ke daerah-daerah pedalaman. Bukan tanpa
alasan, kenapa ia menyukai solo touring ketimbang touring secara berkelompok. Menurutnya,
karena lebih bebas dalam menentukan tujuan perjalanan, durasi yang bisa sesuka
hati, dan tidak berbenturan dengan kepentingan orang lain. Solo touring biasa
dilakukannya ketika sedang libur dari pekerjaan. Toni juga merupakan seorang
jomblo, yang sementara waktu memilih untuk tidak memiliki pasangan, karena
memiliki seorang pasangan baginya hanya menambah masalah saja, terlebih lagi
saat ini ia belum mempunyai karir yang baik sehingga, jika memiliki pasangan
kehidupannya terasa menjadi rumit.
Suatu
hari, toni membuat rencana untuk mengunjungi sebuah pantai yang berada di
wilayah cianjur selatan. Ia mendapatkan informasi mengenai pantai tersebut dari
sebuah situs di internet. Ia selalu merasa penasaran mengenai tempat-tempat
yang belum pernah dikunjunginya, apalagi jika tempat tersebut bernuansa alam.
Seperti biasa sebelum ia memutuskan melakukan perjalanan, ia terlebih dahulu
melihat jarak dan waktu tempuh untuk mencapai suatu tempat melalui Google
Maps.
Toni
melakukan solo touring hari sabtu ketika libur dari pekerjaan, ia berangkat pagi
jam 7an menggunakan motor kesayangannya, karena untuk menuju pantai cianjur
selatan membutuhkan waktu perjalanan sekitar 6 jam-an dari rumahnya. Sepanjang
perjalanan banyak melewati wilayah perhutanan. Wilayah hutan-hutan yang ia lalui
menjadi sebuah tantangan dan keseruan tersediri. Walaupun perjalanan yang
ditempuh jauh, toni termasuk orang yang cukup kuat untuk tidak beristirahat
sekalipun. Harapannya agar dapat sampai ke tempat tujuan dengan lebih cepat
dari waktu yang sudah di perkiraan.
Jam
menunjukkan pukul 3 sore namun, ia belum juga sampai ke tempat tujuan. Ia
mencoba bertanya kepada warga sekitar untuk menanyakan seberapa jauh dan berapa
lama untuk sampai ke pantai selatan cianjur, warga menjawab bahwa sekitar 3 jam
an dari tempat ia bertanya sampai ke pantai selatan cianjur. Keragu-raguan
membuat toni menjadi dilema, antara perjalanan dilanjutkan atau putar balik,
karena hari sudah semakin sore. Daripada ke malaman dijalan, akhirnya ia
memilih putar balik untuk pulang.
Hari
sudah berubah menjadi gelap sedangkan, toni masih dalam perjalanan pulang.
Sialnya motor yang dikendarainya mogok kehabisan bensin. Ia membuka handphone
untuk melihat google maps, betapa terkejutnya ternyata, ia berada
ditengah-tengah kawasan perhutanan jauh
dari pemukiman penduduk dan dijalan ia tidak melihat kendaraan lain yang melintas.
Dengan sangat terpaksa, akhirnya ia mendorong motornya untuk keluar dari
kawasan hutan dan sambil mencari tukang penjual bensin botolan.
Ketika
sedang mendorong motornya, ia bertemu seorang perempuan cantik berpakaian jadul
agak lusuh keluar dari sebuah perkebunan, membawa wadah berisikan beberapa
jenis sayuran. Perempuan tersebut bertanya pada toni,
“Kenapa
motornya didorong A?” tanya si perempuan.
“Ini
teh bensinnya habis, jadi terpaksa saya dorong deh..” jawab toni. “Kira-kira
disini tukang bensin dimana ya teh?” lanjut toni.
“Disini
mah tidak ada penjual bensin a, paling ada jauh dikota” jawab si perempuan. “Mampir
dulu atuh kerumah saya a, istirahat dulu sebentar, itu rumah saya deket kok (sambil
menunjuk)” lanjut si perempuan.
Toni
menoleh kearah yang ditunjukan oleh perempuan tersebut, terlihat ada dua sampai
tiga rumah panggung saja. Toni mengiyakan ajakannya dan berkenalan satu sama
lain. Diketahui perempuan tersebut mengaku bernama Ayunda. Toni dipersilahkan
masuk ke rumahnya, ia tidak melihat siapapun selain dirinya dan ayunda. Ayunda
menyuguhkan air minum dan makanan. Minuman yang disuguhkan terasa asing di lidah
toni, seperti air yang sudah disimpan sangat lama dan gelasnya terlihat sedikit
berlumut, ia juga tidak merasakan rasa apapun dari makanan yang disuguhkan.
Disela-sela
santapan makanan, datanglah ayah ayunda dengan seekor kuda yang menjadi
tumpangannya, berpakaian jadul agak lusuh sama seperti pakaian yang dikenakan anaknya
(Ayunda). Melihat keberadaan toni dirumah, ia menanyakan siapa toni pada
ayunda. Ayunda menjelaskan singkat, dan kemudian ia mencoba mengajak toni
mengobrol,
“Hei
anak muda, kenapa kamu bisa berada disini?” tanya ayah ayunda pada toni.
“Motor
saya mogok kehabisan bensin pak, terus dijalan tadi ketemu ayunda, dan
mampirlah saya kesini” jawab toni.
“Bensin?
Apa itu bensin? Saya baru dengar itu.” jawab ayah ayunda.
Toni
merasa heran ternyata ayah ayunda samasekali tidak mengetahui bensin itu apa.
Dijelaskan pun tetap tidak mengerti. Setelah sekiranya santapan makan selesai,
ayunda mengajak toni ke teras rumah. Mereka berdua berbincang, toni
memperhatikan wajah ayunda yang begitu cantik membuatnya terpana.
“Kamu
harus segera pergi dari sini secepatnya” ujar ayunda sambil sedih.
“Kenapa?
Ada apa? Memangnya kenapa jika aku berada disini?” jawab toni. “Aku menyukaimu
ayunda” lanjut toni.
“Pokoknya kamu harus pergi dari sini secepatnya,
bahaya akan datang kepadamu jika kamu masih tetap berada disini” jawab ayunda
dengan nada sedih.
“Baiklah
aku akan pulang, tapi suatu hari, aku akan kembali kesini” jawab toni. Ayunda
tidak menjawab, ia hanya menangis yang entah kenapa. Akhirnya toni meninggalkan
ayunda diiringi pikiran keheranan.
Malam
itu toni terpaksa harus pulang karena ayunda tiba-tiba bersikap aneh dan
menyuruhnya pergi. Ia kembali mendorong motornya, sambil mencari tempat penjual
bensin yang sekiranya masih buka. Tak lama kemudian, ia menemukan penjual
bensin botolan. Ia bercerita kepada penjual bensin bahwa dirinya sudah
mendorong motor lumayan cukup jauh dan ia bertemu seorang perempuan di sebuah
desa.
“Apa
nama desanya? Perasaan di wilayah sana tidak ada desa satupun, disana cuma
hutan-hutan biasa” kata si penjual bensin.
“Masa
iya sih tidak ada desa pak, tadi saya betul-betul ada didesa tersebut” jawab toni.
“Kalau
kamu tidak percaya, coba kamu kembali ketempat itu di siang hari, disana kamu
tidak akan menemukan desa yang kamu maksud” jawab si penjual bensin.
Toni antara percaya dan tidak terhadap perkataan si penjual bensin. Jika memang perkataan si penjual bensin itu benar, lantas siapa Ayunda? perempuan yang membuatnya jatuh hati tersebut. Seminggu berlalu, toni mencoba melakukan pembuktian mengenai perkataan si penjual bensin. Ia berniat untuk pergi ke desa tempat Ayunda berada. Benar saja, ia tidak menemukan desa tempat ayunda tinggal, disana hanya terdapat hutan di kanan kiri jalan, tidak satupun rumah penduduk.
“Pantesan,
waktu itu ayunda menyuruhku untuk segera pergi meninggalkannya, oh jadi ini
alasannya, ayunda bukanlah manusia” ucapnya dalam hati. Ia kembali menemui si
penjual bensin dan menceritakan semua kebenaran tentang desa yang dimaksud.
“Iya
bener kan? tidak ada desa disana” ucap si penjual bensin.
Si
penjual bensin menceritakan asal usul wilayah yang dimaksud pada toni. Zaman
penjajahan dulu, ada seorang gadis dan ayahnya dibunuh oleh tentara belanda sepulang
mengurus, lahan perkebunan miliknya. Jadi, si gadis pulang lebih dulu kerumah sendirian
daripada ayahnya, ketika dijalan menuju kerumah, lewatlah tentara belanda yang sedang
ber patroli ke desa-desa. Melihat gadis cantik berjalan pulang seorang diri,
tentara belanda mengikutinya secara diam-diam tanpa disadari si gadis.
Dirasa
keadaan sepi, tentara belanda memaksa masuk ke rumah untuk berbuat tindakan
asusila, dan kemudian si gadis berteriak, teriakan tersebut terdengar oleh
ayahnya, karena keberadaan kebun tidak jauh dari rumah. Sontak, ayahnya
buru-buru pulang untuk memastikan keadaan si gadis baik-baik saja, kepulangan
ayahnya diketahui oleh tentara belanda yang sedang mencabuli si gadis. Ayahnya ditembak
dibagian kepala oleh tentara belanda ketika baru akan memasuki pintu rumah,
melihat ayahnya dibunuh, si gadis berteriak histeris. Sehingga, lantaran aksinya
takut ketahuan orang lain, tentara belanda pun membunuh keduanya.
Setelah
mendengar cerita tersebut, wajah toni terlihat memerah. Sebab, ayunda dikenalnya
sebagai seorang perempuan yang selain cantik nan ayu, ia juga lemah lembut
tutur katanya, itulah yang membuat toni jatuh hati pada ayunda. Kemanapun ia mencari,
tetap tidak akan menemukanlagi keberadaan ayunda. Lantaran, sosok Ayunda yang pernah
ditemuinya,adalah perempuan korban pembunuhan.
Selesai!