Sebut
saja namanya joni. Joni merupakan seorang karyawan pabrik terkenal
disalahsatu daerah dijawa barat. Pabrik
tempat ia kerja menerapkan sistem kerja shift, yaitu pekerjaan shift
pagi dan shift sore. Ia sendiri sering mendapat jadwal kerja shift pagi,
jarang-jarang dapat shift sore. Lokasi pabrik dan tempat tinggalnya
dapat dijangkau dengan sekali menaiki
angkutan kota, selebihnya dilanjutkan jalan kaki beberapa ratus meter
saja untuk sampai ke tempat tinggalnya.
Suatu
hari, joni meminta bagian HRD agar jadwal kerja shift pagi digantikan ke
shift sore, dimintanya sehari saja, dikarenakan ada keperluan mendesak
yang akan diurusnya. HRD pun menyetujui permintaan joni tersebut.
Sebenarnya, setiap joni masuk shift pagi ada teman bareng berangkat dan
pulang kerja, tapi jika joni masuk shift sore, dipastikan ia akan
berangkat dan pulang sendirian.
Singkatnya,
joni hari ini masuk kerja shift sore kebetulan hari kamis malam jumat.
Ia pulang dari tempat kerja sekitar pukul 23.30 WIB, kemudian ia bergegas
menaiki angkutan kota menuju arah pulang. Perjanan dengan angkutan kota memakan
waktu selama kurang lebih 20 menitan, tak lama berselang sampailah joni di
tempat pemberhentian dan ia segera turun dari angkutan kota yang ditumpanginya, selanjutnya diteruskan dengan berjalan kaki.
Jalanan terlihat sepi tak seperti biasanya, tidak ada lalu lalang orang lewat
dan warung-warung terlihat sudah pada tutup, ia baru menyadari bahwa hari ini
adalah kamis malam jumat. Rasa takut mulai timbul dalam diri joni, karena ia
termasuk orang yang penakut.
Ditengah
perjanan ia mendengar suara mesin tempat penggilingan padi seperti sedang
beroperasi, perasaan yang tadinya takut berubah menjadi perasaan tenang, karena
dipikirnya toh tempat penggilingan padi masih beroperasi, setidaknya keadaan jadi
tidak sepi-sepi amat, walaupun joni sedikit merasa heran tak seperti biasanya tempat
penggilingan padi masih beroperasi ditengah malam. Tetapi, perasaan tersebut
tidak joni gubris dan dibiarkan saja.
Ketika ia berjalan semakin mendekati tempat penggilingan padi, suara mesin
penggilingan tidak lagi terdengar, tidak ada suara apapun selain suara jangkrik
dan kodok di keheningan malam, juga terlihat pintu penggilingan tertutup rapat.
Perasaan takut kembali menghantui joni, lalu tadi suara mesin dari mana? jika
bukan dari tempat penggilingan padi? Tidak mungkin jika dia salah dengar, wong suara mesin jelas jelas
dari tempat penggilingan padi kok, pikirnya.
Jika
digambarkan, posisi tempat penggilingan padi persis berada dipinggir jalan, bangunannya
sudah tua dengan pintu terbuat dari kayu-kayu, lokasinya terpisah dari
rumah-rumah warga, dan setelah tempat penggilingan padi terdapat pohon bambu
sepanjang jalan dan tidak ada lampu penerangan, kebetulan ketika itu musim
kemarau, jadi penerangan hanya berasal dari cahaya bulan saja, jalan tersebut merupakan
satu-satunya jalan yang harus joni lewati untuk menuju tempat tinggalnya
(rumah). Sehingga mau tidak mau joni harus tetap melewati jalan tersebut.
Rasa
takut semakin menjadi-jadi, diujung belakang tempat penggilingan padi, joni
melihat sesosok makhluk berperawakan seperti manusia, namun pada sekeliling
kepalanya memiliki mata yang banyak merah menyala pula, sangat jauh berbeda
dengan ciri manusia pada umumnya, dan mengenakan pakaian menyerupai jubah
berwarna hitam. Ia tertegun sejenak (dia sempat berpikir), apakah yang
dilihatnya itu betul-betul manusia biasa atau malah makhluk selain manusia,
seketika itu ia langsung teringat cerita tetangganya tentang makhluk gaib mata
sakuriling (hantu mata seribu).
Dimana
ketika melihat sosok makhluk mata seribu ini, kita harus segera menjauh dengan
cara berjalan mundur dan tidak boleh berjalan membelakangi makhluk tersebut, karena
jika berjalan membelakanginya, maka dia akan menyadari keberadaan dan menarik
kita dengan energi gaibnya yang bisa membuat langkah kaki terasa berat dan membuat bisu
sementara. Makhluk mata seribu (mata sakuriling) ini termasuk makhluk gaib yang
paling berbahaya, karena dapat mengancam keselamatan nyawa manusia.
Joni akhirnya berjalan mundur perlahan dengan tetap mencoba bersikap tenang, dan ketika langkahnya semakin menjauh dan sekiranya keberadaan makhluk mata seribu sudah tidak lagi terlihat, ia langsung berbalik badan dan berlari terbirit-birit sekuat tenaganya. Sesampainya didepan rumah dan saking ketakutannya, dia langsung meng gedor-gedor pintu dengan keras dan ketika memasuki rumah, joni langsung tidak sadarkan diri, keluarganya pun bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi pada joni? Dia tidak pernah seperti itu sebelumnya. Joni baru menceritakan kejadian yang dialaminya di keesokan hari. Semenjak saat itu, joni tidak mau lagi jika harus bekerja shift sore dan pulang malam seorang diri. Sekalipun terpaksa masuk kerja shift sore, Joni akan meminta untuk dijemput atau diantar oleh teman atau keluarganya.