PESUGIHAN KELUARGA

(illustrasi by Cottonbro from Pexels)

Ada satu keluarga yang kehidupannya sangat sederhana, untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya pun sering mengalami kesulitan. Keluarga ini berjumlah enam anggota keluarga, yang terdiri dari ayah, ibu dan empat orang anaknya. Satu anak perempuan dan  tiga orang anak laki-laki. Nama disamarkan, sebut saja nama keempat orang anaknya adalah Tini, Adi, Galih, dan Tedi. Tini merupakan anak pertama perempuan, Adi anak ke dua, Galih anak ketiga, dan Tedi merupakan anak terakhir atau bungsu di keluarga tersebut.

Hampir setiap hari keluarga ini sering meributkan masalah kesulitan ekonomi, mulai dari masalah bagaimana memenuhi kebutuhan makan di esok hari, biaya sekolah anaknya sampai hutang-hutangnya ke warung tetangga yang belum dibayar. Akibat kesulitan ekonomi itu, membuat anak-anaknya harus putus sekolah, Tini anak pertama hanya sampai tamatan SMP, sedangkan adik-adiknya cuma tamatan SD. Anak-anaknya terpaksa bekerja membantu ekonomi keluarga meski belum memasuki usia kerja.

Menginjak dewasa, orang tuanya menginginkan anak pertama perempuan (Tini) menikah dengan orang yang mapan (kaya) dengan tujuan agar dapat membantu mengangkat derajat kondisi ekonomi keluarga. Sehingga, tidak sembarang orang bisa melamar anak perempuannya (Tini) untuk dinikahi. Beberapa lelaki yang pernah mencoba melamar anak perempuannya (Tini) ditolak begitu saja, sebab tidak memenuhi kriteria yang harapkan orang tuanya.

Mengingat usia Tini yang semakin bertambah dewasa, orang tuanya juga tidak ingin jika tini harus menikah di usia yang terlalu tua. Keinginan bisa menikahkan anaknya (Tini) dengan lelaki yang mapan (kaya) tidak lagi menjadi prioritasnya, yang penting dapat memberikan hidup layak pada Tini saja sudah cukup. Menikahlah tini dengan lelaki pilihannya yang bekerja sebagai karyawan disalah satu stasiun televisi, jabatannya tidak disebutkan secara spesifik..

Setelah  pernikahan berlangsung, Tini diajak suaminya merantau ke Jakarta. Sementara itu, adik-adiknya bekerja menjadi tulang punggung keluarga. Beberapa tahun berlalu, Tini dan suaminya kembali kekampung halaman untuk membangun sebuah rumah sederhana yang layak, bersebelahan dengan rumah orang tuanya. Tini merasa tidak tega melihat kondisi ekonomi orang tua dan adiknya yang masih belum membaik, ia hanya mampu membantu seadanya, karena dia dan suaminya juga dapat dikatakan hidup pas pasan.

Tini merasa sangat bosan yang sedari kecil keadaannya sering berkekurangan dan setelah menikahpun ia cuma bisa hidup  pas pasan, tidak ada perubahan yang signifikan. Muncul sebuah pemikiran, dia ingin memiliki kekayaan yang dapat diperoleh secara instan. Tini dan suaminya berencana untuk melakukan sebuah pesugihan. Mereka berdua kemudian mendatangi seorang dukun yang diyakini bisa membantu jalannya pesugihan.

Sang dukun memberikan dua persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan pertama, rela mengorbankan anggota keluarga termasuk orang tuanya sebagai tumbal. Persyaratan kedua, jika seluruh anggota keluarga telah habis dijadikan tumbal, maka tumbal berikutnya adalah diri mereka sendiri, dengan ketentuan jika mereka tidak mau mengorbankan diri mereka sendiri, maka sebagai gantinya adalah, diantara mereka berdua harus menikah lagi tapi keduanya tidak boleh bercerai  (bersuami atau beristri dua), jadi orang yang dinikahi itulah sebagai pengganti tumbalnya.

Sang dukun mengatakan kepada Tini dan suaminya, tidak harus menyanggupi persyaratan yang diberikannya saat itu juga, tetapi disuruhnya untuk melakukan pertimbangan terlebih dahulu agar tidak menyesal nantinya.

”Karena perjanjian dengan Jin pesugihan tidak bisa dibatalkan sembarangan, saya berikan kalian waktu tiga hari dari sekarang, jika kalian sanggup dengan segala resikonya, maka setelah tiga hari kalian datang kembali kesini” ucap sang dukun.

Tiga hari berlalu, Tini dan suaminya kembali menemui sang dukun dan menyatakan kesanggupan menerima segala konsekuensi dari pesugihan yang akan dijalaninya.

”Ki… kami berdua sepakat memenuhi segala persyaratan yang diminta, asalkan kami bisa menjadi kaya raya” ucap suami Tini. Sang dukun kemudian memberikan  buntelan dari kain kafan berisi kemenyan, daun sirih, bunga melati dan tanah kuburan.

“Simpan benda ini dilingkungan rumah yang akan jadi target tumbal, tepat dimalam jumat jam 12 tengah malam” kata sang dukun.

“Baik ki…” ucap Tini dan suaminya. Mereka berdua kemudian berpamitan dari tempat sang dukun. Singkat cerita, mereka berdua sudah menyimpan buntelan di lingkungan sekitar rumah orang tua dan adiknya sesuai perintah sang dukun, karena orang tua dan adiknya merupakan target utama tumbal pesugihan. Demi sebuah kekayaan, Tini dan suaminya sampai rela mengorbankan anggota keluarganya.

Ibunya tini tiba-tiba sakit mendadak dan tidak bisa menjelaskan sakit yang dideritanya apa, sehari kemudian meninggal dunia. Sepeninggalan ibunya, Tini mulai membuka bisnis baju rumahan kecil-kecilan. Dua tahun berlalu, ayahnya menderita sakit yang sama seperti sakit yang pernah diderita almarhumah ibunya dan akhirnya meninggal. Setiap kematian anggota keluarganya, bisnis Tini semakin bertambah maju. Sekarang, Tini sudah memiliki toko baju dan memiliki karyawan sendiri. Belum ada orang yang curiga bahwa kematian orang tuanya dan kemajuan bisnis yang dijalani Tini memiliki hubungan dengan kegiatan pesugihan.

Namun, kecurigaan orang-orang mulai muncul adalah ketika adik pertama Tini meninggal dunia dua tahun setelah kepergian ayahnya. Tetangganya menduga ada keanehan antara kematian anggota keluarga Tini yang terjadi setiap dua tahun sekali dengan kemajuan bisnis yang dijalaninya. Kematian anggota keluarganya terjadi secara berurutan mulai dari ibu, ayah, adiknya yang pertama sampai adiknya yang ketiga.

Pada kematian adiknya yang ketiga (Tedi), ada tetangganya Tini sebut saja namanya Joko. Joko menceritakan tentang mimpinya bertemu adik tini, bahwa adiknya ini tidak benar-benar meninggal dunia, tetapi berada dialam gaib lain bukan dialam kematian, dikatakannya dalam mimpi itu berada  disebuah istana kerajaan yang dimana adiknya ini dijadikan sebagai pekerja dikerajaan tersebut, bahkan adiknya ini bertemu dengan ayah, ibu, dan kakaknya yang waktu itu meninggal lebih dulu. Adiknya mengeluhkan bahwa dia dipekerjakan tanpa henti dan merasa sangat lelah, dia ingin bisa kembali kedunia lagi. Ini berdasarkan mimpinya Joko.

Ada orang yang mempercayai mimpi Joko tersebut, katanya memang benar seseorang yang mati karena ditumbalkan keadaannya tidak benar-benar mati, tetapi mereka berada dialam lain yang jelas bukan dialam akhirat.

Selain mimpi, ada tetangganya yang lain menceritakan bahwa ia pernah melihat darah berserakan di teras rumahnya Tini ketika dipagi hari, tapi ketika hari semakin siang, darah yang berserakan tersebut hilang dengan sendirinya. Jadi, rumah Tini berada dibawah rumah tetangganya tersebut, sehingga tetangganya ini dapat melihat jelas ke teras rumahnya Tini.

Para tetangganya meyakini bahwa Tini memang melakukan sebuah pesugihan yang menumbalkan anggota keluarganya, tapi mereka tidak mengatakan kepada Tini secara langsung karena tidak mempunyai bukti yang konkrit. Tak sedikit juga dari mereka yang tidak mau jika diberi apapun oleh Tini, karena takut menjadi tumbal berikutnya.

Setelah kematian anggota keluarganya, bisnis yang Tini jalankan mengalami kemajuan pesat dan sekarang memiliki rumah mewah. Bukan hanya anggota keluarga Tini saja yang meninggal, namun anggota keluarga dari suaminya pun sama telah banyak yang meninggal. Kabar terakhirnya, bahwa mereka sekarang hidup berdua tanpa memiliki anggota keluarga.

Hasanudin

Writer, Conten Creator

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama